Selasa, 14 Oktober 2008

impaksi

18 Agustus 2008
IMPAKSI GIGI MOLAR (GERAHAM)

Impaksi gigi molar (geraham) adalah gigi molar ketiga yang gagal untuk erupsi (tumbuh) secara sempurna pada posisinya. Gigi terhalang oleh gigi depannya (molar dua) atau jaringan tulang/jaringan lunak yang padat di sekitarnya. Kemungkinannya, gigi bisa muncul sebagian atau tidak bisa erupsi sama sekali. Kalaupun muncul, erupsinya salah arah atau posisinya tidak normal. Gigi demikian bisa digolongkan sebagai gigi yang gagal bererupsi pada posisi normal.

Posisi impaksi gigi molar bisa macam-macam. Ada yang miring ke depan, vertikal dan muncul sebagian, serta terpendam horisontal atau vertikal. Semua itu tergantung letak dan posisi gigi molar tiga terhadap rahang dan geraham kedua (molar kedua), atau kedalamannya menancap di dalam tulang rahang.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena jaringan sekitarnya yang terlalu padat, adanya retensi gigi susu yang berlebihan, tanggalnya gigi susu terlalu awal, proses pertumbuhan terhambat, arah pertumbuhan, arah erupsi, dan pengaruh garis oblik eksternal dan otot buksinator. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang "kesempitan" gara-gara pertumbuhan tulang rahang kurang sempurna.

Ada teori lain. Pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi bergerak maju ke arah depan. Apabila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yang merintangi, bisa terjadi impaksi gigi. Misalnya, karena infeksi, trauma, malposisi gigi, atau gigi susu tanggal sebelum waktunya.

Sementara, menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai rahang kecil, dan bapak bergigi besar-besar, ada kemungkinan salah seorang anaknya berahang kecil dan bergigi besar-besar. Akibatnya, bisa terjadi kekurangan tempat erupsi gigi molar ketiga, dan terjadilah impaksi.

Sempitnya ruang erupsi gigi molar ketiga, menurut drg. Danardono, itu karena pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa karena perubahan pola makan. Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang merangsang pertumbuhan tulang rahang.

Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah. Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk mengunyah lebih lama. Proses pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang berkembang lebih baik. Seperti diketahui, sendi-sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh atau berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu pun kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang harusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi molar ketiga yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh normal. Maka, untuk mendukung perkembangan rahang, sebaiknya sering-sering mengkonsumsi makanan berserat supaya gigi jadi lebih aktif menggigit, memotong, dan mengunyah. Rahang pun menjadi makin aktif dan diharapkan akan tumbuh normal.

Gigi molar ketiga yang mengalami impaksi sering menimbulkan komplikasi yaitu:

Perikoronitis merupakan suatu kondisi yang umum dijumpai pada molar tiga yang impaksi dan cenderung muncul berulang, bila molar ketiga belum erupsi sempurna. Akibatnya, dapat terjadi kerusakan tulang di antara gigi molar ketiga dan molar depannya (molar kedua).

Tekanan mahkota gigi molar ketiga yang erupsi pada permukaan akar molar depannya dapat menyebabkan resorpsi patologis. Misalnya, hilangnya lapisan semen gigi bahkan bisa menimbulkan kematian gigi molar kedua.

Gigi molar ketiga yang impaksi juga dapat melemahkan bagian belakang rahang bawah. Bila terjadi trauma pada bagian wajah, maka pada sisi itu sering terjadi fraktur (retak) tulang rahang.

Rasa sakit idiopatik merupakan rasa sakit gigi pada molar ketiga yang tidak jelas atau rasa sakit yang menyebar ke bagian leher dan kepala. Kadang-kadang pasien mengeluh sakit meski secara klinis dan rontgen tak ada yang tidak normal kecuali adanya gigi impaksi tertanam dalam sekali. Impaksi gigi molar ketiga kadang-kadang tampak pada waktu dilakukan pemeriksaan rontgen rutin seputar daerah tidak bergigi pada rahang bawah. Penekanan selaput lendir antara mahkota molar ketiga dan protesa menyebabkan rasa sakit. Tekanan pada gusi yang menutupi menyebabkan kematian sel dan dapat menimbulkan penyebaran infeksi.

Gigi molar tiga yang impaksi adakalanya tidak menimbulkan keluhan maupun gejala klinis. Meskipun demikian, kalau molar tiga dibiarkan bertancap di tempatnya, ada kemungkinan dapat memperburuk keadaan, misalnya pada penderita kelainan jantung akut, kelainan pembekuan darah, dan menjadikan tidak tahan terhadap obat anestesi. Apalagi bila gigi impaksi terbenam dalam tulang rahang secara keseluruhan, justru memungkinkan terbentuknya kista.

Gigi molar tiga yang impaksi juga bertendensi menimbulkan infeksi atau karies (gigi berlubang) pada bagian geraham depannya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar dua gara-gara gigi molar ketiga mengalami impaksi. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan Akbar Rahayu (1981) pada penderita yang berobat di Bagian Bedah Mulut dan Maksilo Fasial Ladokgi TNI AL M.E. Martadinata. Menurut Akbar, terbentuknya karies dipermudah, terutama kalau erupsinya sebagian sehingga sisa-sisa makanan sukar dibersihkan.

Keadaan lain yang dapat disebabkan oleh gigi impaksi adalah periodontitis (peradangan jaringan pendukung gigi), kelainan neurologis dan gigi berdesakan karena ditekan gigi molar ketiga ke arah depan.

Nah, untuk mencegah timbulnya komplikasi macam-macam, maka tindakan pencabutan atau bedah sangat dianjurkan. Dalam hal ini ada tiga alternatif. Mencabut semua gigi molar ketiga, terutama yang akarnya sudah terbentuk sempurna. Pencabutan hanya pada molar ketiga yang akan impaksi. Atau pencabutan gigi molar ketiga impaksi yang menimbulkan kondisi patologis.

Di kalangan dokter tindakan demikian disebut odontectomie atau mengeluarkan gigi yang tidak erupsi atau erupsi sebagian karena akarnya tertanam dalam tulang rahang dan sulit dicabut dengan cara biasa, maka harus dengan tindakan bedah.

Waktu pencabutan gigi molar impaksi tidak dapat ditentukan dengan jelas. Bila telah ada indikasi pencabutan gigi tersebut, maka tindakan pencabutan gigi molar tiga impaksi sebaiknya pada usia relatif muda pada waktu pertumbuhan tulang telah berhenti (16-18 tahun), karena akan mengurangi komplikasi karena akar belum terbentuk sempurna (sebaiknya bila akar telah terbentuk sepertiga atau duapertiga) dan tulang sekitar gigi belum padat.

Beberapa komplikasi pencabutan gigi impaksi yang sering dijumpai:

1. Nyeri dan Bengkak. Ketidak nyamanan, bengkak dan rasa nyeri merupakan suatu konsekuensi tindakan pencabutan gigi impaksi, yang harus diminimalkan. Umumnya tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan kompres es dan pemberian preparat steroid yang mempunyai efek anti inflamasi kuat seperti betametason dan eksametason pra bedah. Tindakan lain adalah dengan melakukan irigasi cairan fisiologis yang adekuat selama operasi dan menggunakan anestesi lokal long acting seperti bupivacain.

2. Kerusakan saraf. Kerusakan saraf sangat mungkin terjadi pada tindakan operasi gigi molar tiga impaksi dengan frekuensi berkisar 0,5-5%. Pada umumnya kerusakan saraf akan mengalami perbaikan secara spontan terutama saraf alveolaris inferior karena terletak dalam kanalis mandibula sehingga ujung-ujung saraf yang rusak dapat dengan lebih baik mendekat secara spontan.

3. Infeksi. Infeksi dapat terjadi baik sebelum maupun setelah tindakan pencabutan gigi molar tiga. Infeksi akibat gigi molar tiga perlu mendapat perhatian serius karena dapat menyebar ke spatium kepala dan leher yang berakibat fatal.

4. Komplikasi sinus maksilaris. Secara anatomis terdapat hubungan yang erat antara gigi premolar (geraham kecil) dan molar atas dengan sinus maksilaris, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya resiko perforasi sinus maksilaris pada waktu pencabutan gigi-gigi tersebut.

5. Fraktur tulang mandibula (retak tulang rahang bawah). Fraktur mandibula merupakan komplikasi pencabutan gigi molar tiga bawah yang dapat terjadi pada penderita dengan atropi mandibula, osteoporosis atau adanya kista atau tumor yang besar. Dapat pula terjadi bila menggunakan terlalu besar tenaga. Bila terjadi fraktur mandibula maka segera hentikan tindakan, lakukan imobilisasi dan lakukan foto Panoramik.

6. Terdorongnya gigi ke spatium sekitarnya. Gigi molar tiga atas dapat terdorong kearah posterosuperior kedalam spatium infratemporalis bila menggunakan tenaga yang berlebihan pada waktu elevasi kearah distal tanpa retraktor dibelakang tuberositas.

7. Perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat dibagi menjadi perdarahan primer, intermediat atau sekunder atau perdarahan arteri, vena dan kapiler. Pada tindakan pencabutan gigi molar tiga pada pasien tanpa kelainan darah, umumnya disebabkan oleh perdarahan kapiler. Perdarahan sekunder disebabkan oleh oral fibrinolisis akibat terlalu banyak kumur, infeksi lokal atau trauma pencabutan yang terlalu besar. Terapinya adalah aplikasi tampon adrenalin, pemberian anti perdarahan kapiler seperti asam trasexamik, hemostatik lokal seperti spongostan, surgicel dan penjahitan.

8. Komplikasi pada sendi temporomandibula (sendi yang menggerakkan rahang). Pencabutan gigi molar kadang akan mengakibatkan disfungsi sendi temporomandibula terutama pada penderita yang sebelumnya telah mengalami gangguan sendi, tindakan yang lama dan tenaga yang berlebihan. Komplikasi dapat diminimalkan dengan pasien menggigit pada bite block pada sisi kontralateral dan istirahat sebentar durante operasi. Bila terjadi, maka kelainan sendi tersebut diterapi dengan cara konvensional seperti istirahat, terapi hangat, muscle relaxant dan bila mungkin dengan terapi splint oklusal.

Beberapa petunjuk perawatan pada pasien setelah pencabutan gigi impaksi adalah:

  • Dilarang menghisap atau meniup
  • Dilarang merokok
  • Minum menggunakan sedotan selama 24 jam
  • Dilarang berkumur keras walaupun menggunakan obat kumur
  • Dilarang membersihkan gigi dekat tempat pencabutan
  • Dilarang olah raga berat selama 24 jam
  • Dilarang minum panas atau alkohol. (putz)
www.dentisia.com

2 komentar:

ummul mengatakan...

Aduh... serem, Dok!

:-(

yoga andika mengatakan...

hmm, alhamdulillah g tjadi pd qt...