Selasa, 14 Oktober 2008

gigi untuk forensik

Gigi, terpercaya

Gigi, merupakan salah satu sarana identifikasi yang dapat dipercaya (sukar
dibantah), khususnya bila rekaman data gigi dan rontgen foto gigi atau model
cetakan gigi semasa hidup pernah dibuat dan disimpan secara baik dan benar.
Mengapa? Karena gigi adalah bagian terkeras pada tubuh manusia, yang
komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali. Sebagian besar kandungan
gigi terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak. Selain itu,
gigi terlindung karena berada dalam rongga mulut dan dilingkupi oleh
basahnya air liur. Dengan demikian, gigi baru menjadi lapuk pada suhu 200
derajat Celcius dan baru menjadi abu pada suhu 450 derajat Celcius.

Menurut penelitian Sims (1972) kemungkinan dua orang identik data gigi dan
mulutnya adalah satu dalam dua miliar, sehingga hampir mustahil ada dua
orang yang sama kondisi giginya. Itu karena rata-rata manusia mempunyai 32
gigi dengan bentuk yang jelas, sedangkan masing-masing gigi mempunyai lima
permukaan, berarti dalam mulut ada 160 permukaan gigi dengan variasi
keadaan, mulai dari baik sampai rusak, sisa akar, penambalan, pencabutan,
gigi palsu, impant, dll.

Namun, sebagai sarana identifikasi, gigi juga memiliki kelemahan. Misalnya,
mayoritas masyarakat Indonesia, jarang berobat ke dokter gigi. Dokter gigi
pun belum tentu melakukan penyimpanan data gigi yang tertata. Akibatnya,
ketika diperlukan sebagai pembanding data jika terjadi suatu musibah, tidak
dapat diperoleh data gigi yang tepat.

Pada kasus Kuta, sampai minggu ketiga sudah teridentifikasi 120 jenazah yang
mayoritas (60 persen) teridentifikasi melalui data gigi yang lengkap dan
baik. Mereka diantaranya dari Swedia sebanyak lima korban, Denmark tiga
korban, Australia 40 korban, Jerman empat korban, Amerika Serikat empat
korban, Inggris 10 korban. Belanda satu korban, Perancis dua korban, dan
Jepang dua korban.

Pengalaman unik kami hadapi dengan para korban dari Australia, beberapa
diantaranya pemain rugby. Umumnya anak-anak muda Australia bergigi bagus
karena berhasilnya program pencegahan keruakan gigi dengan fluoridasi air
minum. Lalu apakah kemudian mereka tidak mempunyai cetakan gigi? Untungnya,
para pemain rugby biasanya harus membuat pelindung gigi, maka kami mendapat
kiriman model cetakan gigi dari dokter gigi mereka. Dari cetakan itu dibuat
cetakan negatif lagi, kemudian cetakan tersebut dipaskan ke jenazah yang
diduga. Foto polaroid yang dibuat menunjukkan ketepatan 100 persen.

sumber : www.mail-archive.com/dokter@itb.ac.id/msg07902.html

satu banding dua miliar! sungguh perbandingan yang jauh sekali. sangat besar kemungkinan keberhasilan identifikasi seseorang dengan memanfaatkan gigi. tapi di indonesia? boro-boro sengaja menyimpan data gigi ke dokter gigi. kontrol rutin ke dokter gigi saja masih dianggap hal yang g perlu katanya, mahal, buat orang-orang kaya saja. bener kan?

Tidak ada komentar: